Puyer’s Go Blog

Say No To Puyer,Stop Polypharmacy And Back To Guidline(EBM)

Bagaimana Puyer Di Negara Lain…???

Sedikit untuk Anda yang membutuhkan informasi Puyer di negara lain dalam bentuk Testimoni.

1.

—– Original Message —–

From: “Dayce Sjaflan” <zidsja@xxxxxxxx>
Sent: Wednesday, February 18, 2009 6:44 AM
Subject: [sehat] Re: dari Kompas : Puyer (Tetap) Bisa Dikonsumsi

Dear smart parents,

Salam kenal.

Saya Dayce Sjaflan (32 thn, ibu dari Kendra,baby girl usia 22 bulan),
member baru di milis sehat ini.Saat ini saya sedang melanjutkan studi
master di Leeds, United Kingdom. Mau share pengalaman saja, related
dengan pertanyaan mas Candra Suparto: Di UK particularly di Leeds
tempat saya tinggal (yg saya tau pasti)puyer tidak pernah diresepkan
oleh dokter. Yang saya tau, dokter umum di sini (di sini biasa disebut
general practitioner/GP) sangat hati2 dalam meresepkan obat,
memberikan imunisasi, dst.
Contohnya, kalo anak batuk pilek, sudah pasti akan diberikan advice
banyak2 makan buah, minum, makan dan istirahat =), dan sudah pasti
tidak dapat obat.hehe. Kalau ada keluhan demam, baru dikasi
paracetamol syrup (enaknya di sini student dan family kalo ke GP
gratis demikian jg obat2annya).

Contoh lain kehati2an mereka, waktu saya minta vaksin flu untuk anak
saya (soalnya saya baru bawa anak saya ke sini bulan Januari kemarin,
dan di Jakarta ama DSAnya di sarankan vaksin flu sebelum berangkat dan
vaksin flu boosternya di suruh minta di Leeds dlm tempo sebulan
setelah vaksin di Jakarta), eh request minta vaksin flu ditolak karena
katanya vaksin flu diberikan kalo anak ada penyakit asma, diabetes,
alergi serius dan satu lagi saya lupa, pokoknya penyakit2 yg apabila
ditrigger oleh flu bisa tambah parah..kalau tidak ada kecenderungan ke
arah penyakit2 tersebut, ya hanya disuruh pertahankan imunitas tubuh
secara alami saja.

Jadi sekilas observasi saya, tampaknya di negara2 maju, para ahli
medis sangat hati2 dalam memberikan advice medis mungkin terkait juga
dgn threat of a law suit karena di sini konsumen sangat sadar akan
their right to receive proper treatment (in any area, not just
medical). Dan tidak hanya GP yang berperan serta dalam memberikan
advis kesehatan buat konsumen, ahli farmasi juga demikian lho.
Contoh
waktu saya mo ambil obat alergi untuk anak saya ke apotik, begitu saya
dapat obatnya, ahli farmasinya bilang gini sama saya ‘I disagree with
your GP who prescribed three times a day and in that amount per intake
for this medicine. It’s not advisable as this is a highly strong med.
I revised it to two times a day only’. Ya saya sih nurut2 aja, secara
dia apoteker ya, tau persis bahan kimianya, lagian itu obat sebenarnya
tidak akan saya kasi juga ke anak sih kalo belum perlu2 amat (selama
alerginya masih bisa ditangani tanpa oral med).

Anyways, sekian dulu sharingnya. Maaf kepanjangan, tapi sebagai member
baru semangat juga membaca komentar2 orang2 se-visi dalam masalah
kesehatan.

Cheers
Dayce Sjaflan
(Ibunya Kendra Medina M)

2.

—– Original Message —–

From: “ariwul rodman” <bundatryda.sehat@xxxxxxx>
Sent: Saturday, February 21, 2009 2:54 AM
Subject: Re: [sehat] Re: Eh di luar negeri bikin puyer lho!

Dear Sps, Bapak dan Ibu dokter,

Kalau berdasarkan pengalaman anak kena common cold di Ohio, tidak pernah
dapat obat apapun apalagi ditemui dokter, disuruh tunggu sampai kalau bener
common coldnya tidak membaik disertai demam tinggi 3 hari lebih, baru boleh
ketemu dokter. Paling ketemu dokter juga hanya untuk dipastikan tidak ada
penyakit lainnya dan hanya diminta memberikan obat penurun panas kalau
demamnya tinggi. Kalau kena infeksi strep throat (dengan uji usap
tenggorokan dulu, atau kena UTI), hanya diberi antibiotik saja. Belum pernah
ketemu dokter memberikan berbagai macam obat ataupun dalam bentuk racikan
puyer seperti sewaktu saya kecil dulu di Jakarta (jaman kiplik he..he..) dan
ternyata masih dipraktekkan sampai sekarang.
Anak allergy,  sarannya hindari allergy,  kalau hidung sampai mampet berikan
saline solution dan humidifier. Jadi selama ini anak-anak saya di sini bisa
dibilang sangat-sangat jarang terima resep dari dokter, mudah-mudahan sehat
terus, soale si sulung allergy hampir semua jenis antibiotik. Kalaupun
terima resep dokter isinya biasanya hanya satu macam dan obat generik
umumnya.

Memang ada praktek coumpounding drug di US, tetapi fda juga memberikan
peringatan untuk penggunanya. Silahkan membuka link dibawah ini untuk
praktek compounding drug di US.

1-The Special Risk of Pharmacy Coumpounding
www.fda.gov/consumer/updates/compounding053107.html
2-Apotik tempat kami membeli obat
www.walgreens.com/library/ask/aap/drugsinformation/druginfodirection_compounding.html,
buka link drug information.
3- www.fda.gov/consumer/updates/otc_creams040108.html, untuk obat cream
kuli/salep
4- www.fda.gov/fdac/features/2000/400_compound.html Pharmacy coumpounding
Customizing Prescription Drugs,  buka juga lampirannya.

Semoga berguna dan linknya dapat dibuka, maaf tidak bisa melampirkan karena
gaptek.

Salam sehat,
Dwi Rodman

3.

—– Original Message —–

From: “B.H. Jo” <bhjo@xxxxxxxx>
To: “Mailing List Dokter Indonesia” <dokter@itb.ac.id>
Sent: Friday, February 20, 2009 12:55 AM
Subject: Re: [MLDI] Fw: Re: Tahukah Anda Akan Bahayanya Obat Puyer

Harap hemat bandwith
———————-
Saya tidak mengikuti diskusi ttg. Obat Puyer ini, yg. rupanya sangat intensif.

Saya “tidak pernah” diajari ttg. obat puyer waktu saya belajar di FK/Medical School di Jerman, tahun 1970 puluhan. Selain itu, seingat saya, saya belum pernah melihat obat puyer di Jerman, Kanada dan AS apalagi membuat resep obat puyer.

BH Jo

4.

—– Original Message —–

From: “E. Wahyuningtiyas” <tiyas@xxxxxxxx>
Sent: Wednesday, February 18, 2009 3:19 PM
Subject: [sehat] Re:Polemik puyer dari milis lain

Dear all….

ini ada 2 reply dari temen2 yang notabene lagi tinggal di LN….
ada yg di jerman, di aussie… aku coba survey via fb hehehehe dan ternyata emang kayaknya indo duank ya yang pake puyer…
maaf replynya baru 2 yang bisa di posting…. smoga meskipun 2 udah bisa memberi dukungan untuk SAYUR.. 🙂

Say NO to PUYER ya….
salam,
tyas

from Sofia-German:
“Alhamdulillah selama disini, aku & Mas Arie belum pernah ke dokter untuk batuk, pilek  & diare. Di Indo pun klo cuma batuk pilek, tanpa demam, kami ga ke dokter. Kalo Giras, selama disini dah 3 kali ke dokter karena batuk pilek. Alhamdulillah, ga pernah diare. Kalo batuk pilek tanpa demam, dokternya cuma bilang ‘better take her home, she just need some rest. pay attention on her meal’. Gak pernah dikasih obat. Biasanya dokternya juga nanya, apakah dia bisa tidur nyenyak pas malam. Kalo gak bisa, dikasih obat tetes hidung, cuma buat melegakan pernapasan, biar dia bisa istirahat optimal. Pernah juga dikasih sirup obat batuk, karena dia demam diatas 38,5°C. Trus, kalo dibandingin sama obat yang dkasih SPAnya Giras di Indo(puyer, racikan), kayaknya obat dari dokter sini teh lamaa banget sembuhnya. Biasanya di Indo, dikasih obat 2 hari, sembuh. Disini, seminggu baru sembuh. Tapi emang keliatan step step pengurangan batuknya. Jadi rada curiga juga sih sama dosis obat yang dikasih ama SPAnya di Indo. Kalo kata dokter sini sih ‘you dont need medicine to against virus flu, let her body do that. and cough is some kind of body’s mechanism, it’s natural, let you know that there’s an alien inside your body. in child, you cant stop it immediately, wont be good for their body. just reduce it, step by step’. Gitu deh Mbak.. Kepanjangan ya.. Maaf.. Sekalian nulis.. Salam buat Zahra ya..”

from: Iis P-Aussie
“Ke dr sering lah, namanya jg ada anak2. Kl ty nama obatnya ya lupa krn mcm2. Tp gak pernah kok dikasìh puyer. Selalu dlm btl kalo cair, atau tube utk krem. Blm pernah dikasih yg multiple ingredient jg. Dokternya pelit obat”

6. Puyer Tidak Banyak Dikenal di Malaysia

Obat racikan atau Puyer ternyata tidak banyak dikenal oleh kalangan medis di
Malaysia. Para dokter dan ahli farmasi di Malaysia selalu meresepkan obat
jadi dari pabrik dengan alasan keamanan.

http://www.mediafire.com/file/weymzjj5mhc/puyer tidak banyak dikenal di
malaysia.wmv

atau

http://www.mediafire.com/?weymzjj5mhc

February 21, 2009 - Posted by | Artikel

2 Comments »

  1. Menanggapi respon masalah puyer ini, sudah selayaknya dilihat dari banyak sisi, terutama yang berorientasi pada pasien. Dokter dan Apoteker sebagai tenaga medis sudah saatnya bekerja sinergi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Masing2 mempunyai wilayah kerja profesional, seharusnya saling mendukung. Dokter tahu dan paham ilmu diagnosa penyakit dan pasien sedangkan apoteker tahu dan paham segala sesuatu tentang obat (dosage form) baik dari segi teknologinya sampai kepada nasibnya dalam tubuh dan interaksinya dengan obat atau senyawa lain (farmakologi, farmasetika, farmakokinetik, farmakodinamik dan bioavaibilitas. Teman2 dokter meningkatkan pemahaman tentang ilmu terapi dengan obat bukan hanya berdasarkan pengalaman atau ilmu turunan dan teman2 apoteker juga meningkatkan kompetensinya di bidang kefarmasian tidak hanya dibelakang meja, tapi tingkatkan interaksi dengan pasien, termasuk juga kontrol kerja di apotek dalam proses pembuatan sediaan puyer. Jadi, bila keduanya saling mendukung, seperti halnya di negara2 maju,maka Akhirnya masyarakat juga puas, tidak khawatir dan kualitas hidup meningkat.
    Mari bersama2 bergandeng tangan, koreksi internal, dan kembali kepada profesionalitas profesi kita

    salam sejawat
    nastia nasution, apt

    Comment by nastia | March 13, 2009 | Reply

    • Terima kasih sudah saling berbagi.

      Mungkin bukan Kita, semoga anak cucu Kita kelak dapat merasakan yang semestianya didapatkan.semoga

      salam

      Comment by puyer | March 13, 2009 | Reply


Leave a comment